Pages

If there's no orange in the sky, i do try enjoying grey: I am a delusion angel.

2.12.10

Dialog dengan Tuhan

Sembahyang, bagaimana pun caranya kita bersembahyang,
adalah kita merasa lapang setelahnya.
Bukan sekedar melafalkan doa yang menyebutnya pun masih salah
atau melafalkan doa yang entah kita tidak tau apa makna nya

Dan bagaimana pun anda menyebutnya itu berdialog dengan Tuhan,
adalah ketika dimana itu semua bukan pekerjaan rutin yang menjadi monoton
Ketika Tuhan terasa begitu dekat,
Perasaan nyaman dan.. ikhlas.

Maka, saya ingin terus belajar untuk berdialog dengan-Mu Tuhan
setiap waktu karena saya tau Engkau memang tidak pernah kemana-mana
Maka, saya tidak ingin sekedar melakukan gerakan dan bacaan hafalan
namun..saya bahkan tidak tau apa yang sedang saya lakukan

Meminjam istilah Buddha,
saya ingin mencapai nirvana

Intuisi

Mungkin juga ini rindu yang semakin melesak-lesak tanpa bertemu.
Yang pasti kita sama-sama tau, kan?

Mungkin karena jarak, segalanya menjadi berbeda.
Apa yang aku titipkan pada angin tidak lagi utuh.
Apa yang aku bayangkan, tetap menjadi ilusi.
Tetapi kita sama-sama tau, kan?

Maka biarkan lah intuisi berkata
Karena Aku percaya intuisi hanya mengenal kejujuran
Maka aku belajar mengenal suaranya
Lalu mendengarnya bilang, "tidak ada yang perlu dikhawatirkan"

17.11.10

Duduk Sejenak

Apakah kamu juga merasakan, waktu berjalan begitu cepat?
Ahh.. waktu kan relatif. Tidak ada yang bisa mengukur lambat atau cepat, bukan?
Semua tergantung bagaimana kita membuat itu lambat atau cepat.
Namun saya merasa, semua datang, terjadi, dan berlalu begitu saja. Cepat sekali. Makna menjelma bagai angin. Sulit tertangkap.

Saya merasa perlu duduk sejenak. Bernapas. Kontemplasi. Refleksi diri. Melihat ke sekeliling dan kembali berpikir memulai lagi semuanya.

Mencari hamparan rumput hijau luas dimana ada bunga matahari dan krisan. Merebahkan diri dan menikmati langit jingga. Menerka bisikan angin. Lalu memejamkan mata dan.. melupakan.

Pertanyaannya, harus berhenti dimana?

Why Worried..?

I should be worry when i feel 'i-can't-stand-losing-you'
Because there's nothing 'forever' in life, it's even you.

'Nothing forever' reminds us how to survive for losing anything and (even) anyone we love so much.

How to accept thing and how to let go.
Everything comes and goes on the best time. Believe it!
God is the best planner for you.

So, why worried?

Separation with the ones we love is definitive. But we seldom dare to think about it, why? Bcoz we cling to the idea of permanency (..Benny Handoko)

Why worried?
we all know, we learn by process. Enjoy everythings that happens in our life. Get the positivity by it.

But, don't ever afraid of fear. Don't afraid of deterioration.
We, You, just go. pass it smoothly and wisely.

God is always in ur heart.

Alone

Alone..
When i walk without my shadow and anyone.
When million questions no answered at all.
When i stand without any conversation.
Like a sorrow.

menunggu

Hari ini hanya ada satu makna kata yg aku tau:
menunggu.
Seperti setiap sore aku menunggu senja.
Entah dia datang atau tidak,
aku akan setia.

Merindu senja.
Yang selalu memberi ruang.
Segala bentuk.
Namun tidak menganggap ku gila walau aku mungkin memang gila.
Sore akan ku tangkap!

19.9.10

broken morning

i love midnight.
when the things that i can only do are
sleep..
..and forget.

so, on this yellow morning
i am waiting for the dark.

silent nite

Tuhan pemilik malam
Hembuskan kasih sayang Mu
Hingga hanya bait-bait doa yang ku dengar di sekitar
dan mereka tidur dengan tenang..

8.9.10

bulir-bulir waktu

Bulir-bulir waktu bergulir. Kelewat cair. Aku tak bisa menangkapnya.

terbang lah..

Terbang lah..
Terbang lah bebas ke angkasa
Terbang lah menuju mimpi tertinggi mu
Aku akan di sini
Menebak takdir berkata apa

25.7.10

surat di dalam botol

aku menuai rindu di sini.
ke dalam sebuah kata-kata dalam puisi
ke dalam sebuah zat-zat menjelma angin
ke dalam sebuah lingkaran cahaya berbentuk bulan

aku tiup angin itu kemana kamu menunggu ku, selalu.
aku bisikan kata rindu. bisa kah kamu merasakan?

aku titipkan senyum ku pada bulan sabit di langit malam
senyum yang menyimpan sejuta rasa, aku kepadamu.
bisa kah kamu melihatnya?

dan aku menuju ke bibir pantai.
sore itu aku melangkah berat di atas pasir putih,
menggenggam sebuah botol berisikan surat untukmu.
tunggu lah di ujung sana, saat senja tampak sempurna
dan jangan kamu terlambat hingga nyaris gelap.

sampai kan pesan saat pagi masih berwarna jingga.
titipkan apa yang ingin kamu ucapkan pada bunga matahari.
nanti mereka akan bermekaran dan menari mengikuti angin.
dan aku mengerti, kamu membaca surat ku.

aku, yang di sini menunggu mu bersama matahari, menerjang hari.
dan menjemputmu bersama bulan, menuju mimpi di setiap malam.
...mimpi kita.

biarkan mereka menjadi bintang bintang di angkasa

kita semua pasti adalah manusia yang ingin maju.
melanjutkan hidup.
tetapi apakah kita sadar, bahwa terkadang yang kita lawan bukan persoalan yang menghadang "di depan".
namun justru kenangan.

kenangan menarik kita
menjadi ragu.
mendorong kita
menjadi jatuh.
menggerogoti jiwa
menjadi hampa.

kenangan yang seharusnya menjadi tiket masa kini,
justru menjadi tiket yang mengantarkan kita pada langkah yang tidak bergerak.

ternyata kita salah.
salah meletakkan si kenangan, pada sebuah ruang yang tidak tepat.
ruang yang seharusnya terisi oleh masa kini dan tersisa untuk masa nanti.
kita malah biarkan mereka di sana.
menjadi penguasa.

genggam lah kenangan.
lempar kan mereka ke langit malam.
lalu mereka menjelma menjadi bintang-bintang di angkasa.
yang cukup kita pandang sekali-sekali,
namun bukan untuk kita kejar, bukan untuk kita capai.
karena kita tau, itu akan sia-sia.

5.7.10

doa di awal Juli

Mengejar mimpi hanya menghabiskan energi jika kita terlalu takut untuk menangkapnya.

Tuhan yang Maha Mengabulkan, semoga besok pagi ketakutan ini sirna
bersamaan dengan habisnya gelap mengawali hari yang baru.

Dan yang terpenting adalah,
semoga saya tidak pernah lelah memohon pertolongan-Mu, Tuhan.

menjadi hujan

awan meluruh bersama harapan yang hilang.
meresap ke dalam tanah.
melebur ke dalam samudera.
...menjadi hujan.

24.6.10

''sabar''

Aku melihat ada kehidupan di sana. Namun, jauh terpisah danau besar, tanpa ada sampan untuk menyebrang.

Maka setiap sore, aku menuju pinggir danau. Menikmati gerakan siluet indah bercahayakan senja yg lembut, di ujung sana.

Lalu aku berbisik pada angin, bisa kah aku ke sana? "Di suatu pagi nanti, kamu akan berada di sana", kata angin.

Aku berlari menuju malam. "Telan lah aku malam", ucapku tak sabar menunggu pagi.

Aku dapati pagi, tanpa mimpi semalam. Namun, aku masih saja di sini. Hingga ratusan pagi berikutnya.

Tuhan Maha Perencana, kejutan apa yang tengah menunggu ku? Lalu aku mendengar kata, "sabar".

13.6.10

salah

Disini saya terus saja menemukan masalah.
Saat saya menunggang mesin waktu, saya mendapati serba salah.
Mungkin saya adalah salah.

Harus kah saya menghentikkan waktu disini? Dan menghancurkan mesin waktu hingga habis tak tersisa?
Bawa saya terbang peri..
Lihatlah saya kehilangan semuanya

9.6.10

rahasia hujan di bulan juni

Sepertinya hujan bulan juni tidak lagi tabah untuk menahan segala rahasianya.
Ia katakan pada segenap manusia di bumi ini, rintik-rintik hujannya yang tak menentu.

Semuanya tercengang!
Mengapa hujan bulan juni sedemikian marah?
Memberikan rahasia-rahasianya di tengah cahaya yang terik..
di saat malam yang tenang..
di kala pagi yang masih polos..
Atau dia hanya tidak lagi “sesosok” hujan bulan juni pada jaman sapardi dulu?

Manusia jaman sekarang, hanya akan merindukan hujan bulan juni yang malu-malu,
Selama mereka masih saja terus membuat onar pada bumi pertiwi.

Oh juni.. oh hujan.. oh alam

tangisan tanpa alasan

Di siang yang melompong ini, semuanya terasa alot.
Kalo sudah begini, tidak ada lagi yang menjadi sedap.
Menangis adalah satu-satunya hal yang ingin saya lakukan saat ini.
Bukan karena alasan tertentu, namun karena untuk hal yang tidak saya sebut alasan.
Bisa saja nanti saya menangis sambil tersenyum, tertawa, atau bahkan meraung-raung.
Ini hanya lah sebuah tangisan tanpa alasan.

22.5.10

rahasia kecil

Ada rahasia kecil di taman kecil kita.
Tidak ada yg tau. Hingga aku kini layu..

kasmaran

jam segini biasanya aku bersiap diri
mencari-cari baju mana yang pantas dipakai
menorehkan warna kecoklatan di pipi
berkaca, lalu bergegas menunggunya

aku tidak pernah bosan dengan rutinitas ini
ada energi yang berbeda setiap harinya
detak jantung yang tidak karuan
kadang aku merasa, aku kelewat bersemangat

melihatnya, aku berjalan ragu
tersipu
bahagia
ini rindu yang tergapai

teman ku bilang,
itu namanya kasmaran.

hanya senja yang tau

Pelangi mulai hilang lagi.
Karena mendung keras kepala untuk terus mengganggu sore.

Kadang hujan tak terelakkan.
Kadang hanya mendung yang minta perhatian.

Itu, pelangi datang.
Tapi, tiada yang tau.
Tidak ada yg pernah tau.
Kecuali senja, yang melihat dari kejauhan.

20.5.10

pada suatu pagi

pada suatu pagi, aku datang kesiangan
karena malam ku yang kelam dan panjang
dan pagi mu yang sudah ada di suatu taman
dan kamu yang belum merelakan kepergian rembulan
dan aku yang masih terbawa mimpi buruk semalam

pada suatu pagi, aku berjanji untuk bangun bersamaan dengan sang fajar
namun janji pagi mu, masih saja mengecewakan.
akan kah kita menuju siang jika pagi ini tak kunjung usai?
dimana taman-ku sekarang?
dimana bunga matahari ku?
dimana krisan?
tidak ada yang aku temukan disini
kecuali serpihan janji pagi, yang berantakan

7.5.10

dialog peri dan bumi

bumi heran.
biasanya peri-peri sudah bergerombolan sampai di bumi disaat sore begini,
sebelum senja tepatnya.
namun, peri-peri sekarang suka telat, bahkan terlihat lesu.

bagaimana mereka bisa menularkan semangat pada manusia,
jika mereka lesu begitu? pikir bumi.
lalu bumi mengadakan rapat kecil-kecilan pada peri disuatu siang.

"panas sekali bumi, kami tidak tahan", kata peri 1
lalu peri 2 menyahut, "bahkan malam pun di bumi panas.."
yang lain berseru, "tidak seperti di neverland.."

"oh jadi itu permasalahannya", timpal si bumi.
"namun wahai peri-peri terhormat, manusia perlu serbuk-serbuk kalian dikala malam.
agar mereka lebih merasa damai, dan bersemangat".
"serbuk-serbuk peri yang mengantarkan mereka pada negri mimpi yang indah disaat malam.."
"jika kalian merasa kepanasan di bumi, saya minta maav namun tidak bisa berbuat apa-apa. ini semua ulah manusia sendiri, yang tidak menjaga saya dan alam dengan baik..."

matahari yang sedang bertugas dengan semangat '45 menyela bumi,
"ya biar saja manusia kepanasan, mereka tidak pernah kapok atas bencana alam yang terjadi, peringatan2 yang sudah alam tunjukkan, ha ha ha ha ha..."

"matahari, tidak kah kamu bisa mengurangi panasmu sedikit saja?" tanya peri yg lain.

"aku tidak mungkin menambah atau mengurangi, aku pun kasihan sama bumi yang semakin kesakitan, ini global warming. kalian liat saja lapisan ozon yang bolong itu.."

lantas, mereka semua terdiam. dan mereka-reka.. apakah ancaman ini masih tidak berpengaruh juga pada manusia, meskipun mereka sudah sadar bahwa global warming bukan lagi sekedar rumor.

peri-peri pun semakin berpikir lagi untuk menyebarkan serbuk-serbuk kebahagiaan pada para manusia yang serakah dan apatis itu.

"manusia oh... manusia
bumi dan alam menunggu tindakan kalian",
bisik para peri sebelum mereka pulang.

4.5.10

selamat jalan..

semua terdiam dalam lamunan
menyesali..
mengenang..
berdoa..
mengikhlaskan...

namun air mata tak sanggup tertahan.

"Subhanallah walhamdulillah walailahaillallah wallahuakbar"

ketika selamat jalan harus di ucapkan
satu hal yang harus selalu disadari adalah,
semua akan kembali kepada-Nya


*selamat jalan rommy..

20.4.10

kotak absurd

sebut saja kotak absurd.
area dimana orang-orang tiba-tiba menjadi absurd.
mereka begitu karena hal yang absurd, soal perasaan.

di dalam kotak itu ada harapan yang besar bahkan ada keputus-asaan.
ada impian yang tinggi menjulang bahkan ada mimpi yang habis, mati.
ada cinta yang begitu dahsyat bahkan nyaris buta.
ada cemburu yang nyaris gila bahkan hampir membuat gila.
ada penantian yang kelewat sabar bahkan hingga penantian bodoh.
ada sakit hati yang terus mengukir luka bahkan ketika luka yang lain belum sembuh betul.
ada kisah yang dimulai dengan salah..ada kisah yang tidak tepat..ada kisah yang dipaksakan.
ada kata-kata yang memabukkan sampai lupa daratan.
ada kemarahan, ada emosi yang tidak beraturan.

seolah-olah di dalam kotak itu semua menjadi ekstrim.
tidak ada otak.
dan tidak mendasar.
seringkali, logika tidak mampu menembusnya.

saya pernah ada di sana. atau mungkin saya masih di sana?
setiap orang yang berada di sana, pasti merasakan dirinya asing.
begitu pun saya.. selalu bertanya "kenapa?"
namun, kita mungkin perlu sampai di sana, dan "belajar".
di sana akan diajarkan proses, inti dari sebuah keikhlasan.
siapa yang mau lama-lama di sana?
tidak ada saya rasa.
keluar lah dari sana dengan menjadi "baru".
pada akhirnya kita bersyukur bahwa pernah berada di dalam kotak itu.

saya melihat dari luar, mereka yang berada di sana, di dalam kotak itu.
tentu kita tidak akan saling menertawakan,
karena kita tidak tau kapan lagi kita akan terjebak di sana.
biarkan mereka mengalaminya..
dan berjuang lah, untuk keluar dari sana..
hidup tidak se-sempit kotak itu..
karena hidup begitu luas dengan segala polemiknya.

absurd. jangan tanya kenapa pada absurd.
melalui teka-tekinya adalah jawabannya.
selamat berjuang!

18.4.10

3 hal..

3 hal yang selalu saya ingat bahwa :
saya menyukai warna oranye
saya mencintai sore hari
dan saya mengagumi senja

2 hal..

2 hal yang selalu ingin saya tanyakan pada kamu..
sudah kah kamu berdamai dengan masa lalu -mu?
apakah kamu bahagia?

1 hal..

1 hal yang terus saya ucap bagaikan mantra :
"don't worry, everything is gonna be alrite"

lullaby

ambilkan bulan, bu..
ambilkan bulan, bu..
yang slalu bersinar di langit....

ambilkan bulan, bu..
untuk menemani
tidurku yg lelap
di malam Gelap..

di langit.. bulan benderang
cahayanya sampai ke bintang

ambilkan bulan, bu..
ambilkan bulan, bu..
yang slalu bersinar di langit...


baru saja saya lihat langit malam ini,
agak mengherankan, langit di Jakarta bertaburan bintang,
seolah-olah mereka tidak tega meninggalkan bulan sabit sendirian.

lalu saya ingat senandung, yang selalu saya dedangkan di depan teras rumah, sewaktu masih kecil.
saya tidak tau judulnya, saya juga tidak tau apakah kalian familiar dengan lagu itu, atau memang lagu itu diciptakan khusus buat mona kecil a.k.a dena dari ayu nur? (ayu adalah kakak dalam bahasa palembang).
lalu ada satu lagi lagu dari ayu nur untuk saya, lagi-lagi bulan..

bulan..
bulan..
indah sinarmu..
di malam harim berseri-seri..


saya terus menyanyikan lagu itu, saat saya berjalan di bawah malam
sesekali melirik ke bulan, dan terbawa pada masa kecil,
saat saya bergaya memainkan tangan, sambil menghayati lagu bulan, lagu kesayangan saya. dan saya tidak akan pernah lupa itu semua...

bulan....

16.4.10

jawaban

saya memutuskan untuk duduk sebentar dibawah pohon yang rindang. langit sedikit mendung. dan angin mendramatisir dengan berlari kesana kemari, membuat daun berjatuhan satu persatu dihadapan saya. namun, tidak apa. saya sedang tidak ingin peduli pada sekitar. pada pertanda alam. meskipun sekarang langit menyuguhkan pelangi yang melengkung sempurna, saya akan berhenti mengaguminya sementara ini. jika senja menawarkan warna yang nyaris sempurna, saya akan beranjak sebelum kedatangannya. saya pikir, saya akan menutup pintu kamar.

saya mencoba memahami ini semua. saya melihat bayangan diri saya dan mendapati diri saya tersenyum. suatu pagi, saya seperti bangun dari tidur yang panjang. dalam tidur itu, saya merasa mimpi yang seolah2 nyata. hingga rambut saya basah berkeringat, lelah. semua pikiran-pikiran itu, tertuang pada mimpi malam itu. saya tidak sebut itu mimpi buruk. dan saat saya membuka mata, saya tau saya menemukan sesuatu yang berharga. ini adalah jawaban dari sebagian pertanyaan saya selama ini. Tuhan mengamati saya dari jauh, sambil berkata "bagaimana, mona? kamu masih marah pada saya? kamu masih tidak terima keadaan? kamu masih saja berteriak 'mengapa dan kenapa'??"

tidak Tuhan. Engkau baru saja menyakinkan saya satu hal, engkau memberikan apa yang terbaik untuk saya meskipun itu bukan yang saya harapkan.
satu hal lagi yang saya coba pahami, yaitu kesabaran. waktu tidak mungkin berlari mengejar kita untuk menunjukkan jawaban, namun dia akan tiba pada saatnya, apakah kita siap menghampirinya? ya, sudah seharusnya saya bergerak, mengejarnya..

15.4.10

kontemplasi

semalaman saya tertawakan diri saya.
saya ambil tempat favorit, di pojok kamar dan memeluk lutut erat,
saling pandang dengan langit kamar.
saya berbicara pada angin malam,
hey saya baru menyadari sesuatu,
atas sebuah kebodohan yang harus dihentikan sekarang.
oleh kesilauan yang menyembunyikan logika.

kemarin kemarin, saya seperti hidup diantara masa lalu, kehidupan nyata dan mimpi.
dampaknya, saya tidak tau mau berjalan kemana.

namun, Tuhan membantu saya.
rentetan kejadian:
kejujuran yang tersembunyi..
dan kesilauan saya oleh hal sentimental itu..
menjadi ramuan sempurna untuk membuat saya bodoh.

teman saya bilang, untuk menjadi pintar, kita akan menjadi bodoh dulu.
saya juga tau, bahwa untuk berjalan lebih mantab, saya harus jatuh dulu.
untuk menjadi lebih utuh, saya harus hancur dulu.

saya berkeping-keping.
semakin berkeping-keping.
namun waktu memaksa saya untuk siap menyatu dan menjadi baru.
kamu bisa lihat goresan-goresan kepingan itu,
karena tidak akan pernah hilang.
namun hidup memaksa saya untuk kembali bergerak.

yang saya pilih sekarang, adalah diam.
semua mempunyai tempat sendiri-sendiri.
kebahagian, keindahan, kesedihan penderitaan, kehampaan.
saya percaya itu.
jika memang harus adanya, ia akan kembali.
sungguh, saya akan diam.
menginginkan bahkan memaksa hanya membuat saya muak dan lelah.
sungguh saya akan menunggu, apa yang akan datang dan menjemput saya.
saya hanya akan diam...

i just found about 'GO'

get up and go, take a chance and be strong
or u could spend ur whole life holding on
don't look back, just go, take a breath, move along

**

Drink up baby down,
Mmmm, are you in or are you out?
Leave your things behind
'cause it's all going off without you,
Excuse me, too busy you're writing your tragedy,
These mishaps, you bubble wrap,
when you've no idea what you're like.

So let go, let go, jump in,
Oh well, whatcha waiting for,
It's alright,
'Cause there's beauty in the breakdown,
Let go, l-let go, just get in,
Oh, it's so amazing here,
It's alright,
'Cause there's beauty in the breakdown

**
I'm learning to fall
I can't hardly breathe
When I'm going down don't worry about me

**
Me, and you, and my medication
Love is just a chemical creation
Synthetic sensation

**
Boys like Girls.

7.4.10

bait-bait yang tersimpan

Aku tak hentinya menulis bait-demi-bait ratusan kata-kata
Yang bergulir lancar, pada malam itu
Beragam rasa hinggap bergantian
Kadang datang bersamaan
Aku harus menulis ini semua
Aku harus pertanyakan ini, sampai habis tak tersisa
Aku hampir gila karena penasaran
Dan semakin asing karena cerita yang aku reka sendirian

Lalu aku sampai pada sebuah titik yang kelewat tebal,
Sampai tinta hitamku sedikit meluber
Surat ini untukmu dan baru saja selesai
Yah aku harap memang benar sudah selesai, karena aku sudah kehabisan kata-kata
Aku hanya butuh jawaban atas kebenaran
Apalagi yang mau kamu tutup-tutupi, pikirku kesal
Aku bahkan sudah tau semuanya
Hanya kejelasan, itu saja. Jelas bukan?
Hanya pengakuan, itu saja. Kamu mengerti kan?

Namun ketika lipatan terakhir
Aku hanya meletakkannya didalam laci kamar
Apakah aku berubah pikiran?
Dan membiarkan surat itu tidak pernah sampai?
Hingga aku akan mati penasaran?

3.4.10

kebetulan?

dulu saya percaya kebetulan adalah semacam pertanda, yang patut kita perhitungkan.
sekarang saya rasa, saya tidak perlu lagi percaya kebetulan.
karena semua adalah pilihan, kita yang menentukan
dengan sedikit campur tangan Tuhan..
lalu jadilah sebuah kejadian.

apakah jika kita bertemu itu hanyalah kebetulan?
saya rasa, itu adalah bagian dari skenario Tuhan..
pasti ada maksud dibalik ini semua.
dan sekarang saya masih akan terus mencari tau,
kenapa kita dipertemukan?

pastilah adanya, ini bukan kebetulan..

sore gading

sore ini aku dibawah naungan senja.
awan tidak gelap seperti kemarin,
namun terlalu kuning.
aku julurkan tangan seolah-olah menangkapnya
namun tentu saja sia-sia.
terus aku berjalan..
sampai dibalik siluet pohon,
aku mengintipnya.
yang aku rasakan sekarang,
aku tidak ingin peduli pada apapun.

dan aku ingin menyampaikan pada senja,
kenapa tidak bosan kau memberi harapan setiap sore pada orang-orang yang meratapimu?

2.4.10

hari yang 'sempurna'

hari ini saya patah hati tiga kali
membodohi diri sekian kali
merasa naif setengah hari
mencuri-curi diam beberapa kali
dan akhirnya merenung di ujung hari.

disini sepi.
dan saya semakin benci.

hanya untuk hari ini, bukan selamanya

aku membawa diri sesosok yang lain, dimana hari ini milik kita berdua.
meletakkan sisi sisi kehidupan kita sejenak.
kita, tidak bisa diganggu gugat hingga senja.
karena besok kita harus melupakan hari ini,
dan kembali.

Tuhan, bagaimana kami menyebut ini?

apa lagi?

apa artinya kata kata jika tiada nyata.
apa salahnya prasangka jika memang nyata.
tiada asap jika tidak ada api, eh?
lebih baik aku pergi...

belai lah aku angin..

sore tadi saya ada dihadapan senja
awan-awan terlihat sungguh gelap
saya ingin lari entah kemana
hanya satu tujuan,
dimana ada hamparan rumput yang luas.

saya ingin menjatuhkan diri ke sana
melupakan segalanya yang tidak saya mengerti
saya ingin memejamkan mata
jika masih ada angin yang tersisa.

belai lah aku angin...
aku belum mau membuka mata
bahkan untuk merasakan terpaan cahaya.
aku merasa semua yang kasat mata,
adalah palsu.

29.3.10

mesin waktu

tadi aku memutuskan menuju mesin waktu
dan berakhir pada momen yang menyenangkan
hal hal yang aku idamkan.....
dan euforia yang "kalau saja.."

jika saja aku lupa 'pulang'
mungkin aku akan bahagia
namun, bukan kah itu tidak nyata?

28.3.10

4JJI

4JJI
betapa segala rasa adalah kuasaMU
segala waktu adalah milikMU
pertemuan & perpisahan adalah karenaMU

untuk tujuan hidupku
4JJI

semu

"…kadangkala awan gemawan begitu banyaknya. terapung di segala tempat seperti perahu kapas, menyembunyikan senja, sebuah peristiwa ketika matahari seperti bola yang melesak ke balik cakrawala, yang selalu mengingatkan manusia betapa keindahan yang sempurna hanyalah sesuatu yang semu saja, seperti kebahagiaan, yang lewat melintas dalam kenangan terbatas…"
(SGA)

27.3.10

jika memang sudah waktunya

saya adalah pecundang dalam menulis hahaha.. karena berteori memang menyenangkan. membuat kita mengangkat kepala.. entah beranjak atau tidak setelah itu.

"siapkan hati untuk yang pergi.. sediakan tempat untuk yang nanti datang dan sisa kan tempat untuk hal-hal yang tidak terduga"
lalu Buddha bilang, lepaskan dan sambut yang datang.

oh oh sungguh sederhana. tentu saja dalam sebuah hubungan, kita menginginkan yg terbaik, dan bahagia untuk keduanya.
jadi apa yang perlu dipaksa kan jika semua sudah waktunya untuk dilepaskan?
jika kamu menjawab, masih sayang dan terlalu indah, kamu hanya menunda kebahagiaanmu sejak saat ini. klise sekali.
jika kamu menjawab, itu yang kamu ingin kan? sampai kapan kamu berbicara soal keinginan dan kenyataan?

jika ada kata-kata (dan tentu saja pasti anda sudah pernah mendengar ini) bahwa, Tuhan bukan memberikan apa yg kamu mau, namun yg terbaik, jika saja kamu mau menunggu sebentar dan lalu merasakannya. kamu akan berkata, betapa ini semua adalah proses yg indah.. bahkan kamu akan menemukan dirimu yang lebih utuh, dan tertawa konyol mengingat semuanya, atau bahkan kamu akan bersyukur atas apa yg sudah terjadi, sepahit apapun itu.

jika kamu masih melihat ada kehidupan di depanmu, dan ingin beranjak ke sana, dengarkan intuisi dan lakukan sekarang juga. bisa saja besok kamu sudah di langit ke tujuh dan menyesali karena menunda ini.

dan Tuhan selalu menunggu...... :)

berdialog dengan alam

saya suka sekali memejamkan mata saat angin berhembus kencang.
rasanya seperti ada semacam kebebasan..
meskipun harus menelan kecewa saat membuka mata
dan masih saja di tempat yang sama.
namun itu saya sebut cara,
untuk berdialog dengan alam.
menitipkan pada angin sedikit demi sedikit penat..
lalu saya merasa sedang tersenyum sekarang...

:)

chasing pavements

Should I give up,
Or should I just keep chasin' pavements?
Even if it leads nowhere
Or would it be a waste
Even if I knew my place
Should I leave it there
Should I give up,
Or should I just keep chasin' pavements
Even if it leads nowhere

I build myself up
And fly around in circles
Watin' as my heart drops
And my back begins to tingle
Finally, could this be it

26.3.10

dalam do'a

ya Allah Tuhanku,
malam ini aku ingin cepat tidur,
tanpa mimpi.
dan disaat pagi,
biarkan aku merelakan semuanya.
dan saat beranjak,
biarkan aku menemukan diriku yang kuat,
yang sebenarnya.

ya Allah ya Tuhanku,
jauhkan hamba dari segala ketergantungan,
selain kepada Engkau.
jauhkan hamba dari kesemuan,
yang hanya menyakitkan.

ya Allah ya Rabb,
sinarkan energi yang baik
agar aku menjadi orang yang ikhlas
hilangkan segala prasangka,
yang pelan-pelan mulai merenggutku.

ya Rabi, ya salam,
biarkan doa ini terekam disini
agar abadi.
aku menunggu jawabmu

fa inna ma'al 'usri yusraa....
inna ma'al 'usri yusraan...

ironi

ada tawa bahagia dan kesedihan hingga kehabisan air mata.
dua hal tersebut terjadi dalam waktu yang sama namun pada tempat yang berbeda.
kebahagiaan tersebut terekam abadi..
kesedihan itu tersisihkan, tiada yang tau.
langit lah yang menyaksikan keduanya, namun ia tak bisa berbuat apa-apa

24.3.10

lakukan, dari hal yg paling sederhana

beberapa dari mereka kadang terlalu bersemangat. atas nama lingkungan, mereka berbicara sebagai yang paling benar. mungkin saja ada yang tidak paham atas apa yang dibicarakan. program dan meeting pun kejar setoran. skak mat!!

lalu apakah mereka sudah pada kesadaran penuh untuk saja membuang sampah pada tempatnya? tidak juga. tidak semua. tidak selalu.
apakah mereka sudah meminimalkan penggunaan plastik? kertas? hemat listrik?
bagaimana dgn mereka menggunakan air?

ada saja dari mereka, berdiri disana bukan sebagai pengabdian sesugguhnya, namun pekerjaan mencari uang dan fasilitas-fasilitas lain yang menyenangkan.
mereka cukup keren dgn gaya yang casual, berjalan penuh percaya diri dan terkesan..misterius. namun ada saja yang belum benar2 mengerti, apa inti dari yang sedang mereka lakukan.
apa saja yang berbau hijau, jika kita ibaratkan di facebook, mereka memberi jempol. mungkin tanpa mereka tau apa isi dan intinya. berbau lingkungan terkesan keren. ceremony? yess... practice eco life-style? i am not sure.

bahkan politik. seperti hantu.
ada dimana pun ruang berada. kita sudah biasa mendengar 'keberadaannya'. dan tentu saja anda bisa menemukan "hantu itu" disini.

jadi, semuanya begitu kompleks. sekarang apa yang ingin anda bicarakan soal idealis? kadang saya berpikir, idealis yang kita pertahankan mati-matian, hanya membuat kita terjebak dalam lumpur hidup. ada hal lain bernama realistis.
NGO bukan hal yang paling suci. kita lakukan bersama mulai dari hal yang kecil. bukan sekedar perayaan.. bukan sekedar omong kosong, namun lakukan.

22.3.10

19.3.10

bunga kering

Saya tinggalkan bunga kering di meja kamar saya yang sudah kosong.
Saya letakkan hati-hati dalam “kanvas” buatan dari botol bekas yang saya potong dan sudah saya baluti dengan kertas kado berwarna oranye .
Bunga kering itu masih dibaluti plastik, pemberian sahabat saya dihari wisuda saya.
Saya suka warnanya yang kecoklatan.

Saya jinjing tas keluar
Lalu menutup pintu.
Selamat tinggal semuanya, entah kemana angin akan membawa saya..

16.3.10

jika membayangkan bungee jumping

Jika membayangkan bungee jumping, segala sesuatu dalam perut saya seperti lompat tiba-tiba, acak, dan saling melawan. Lalu saya sempat berhenti nafas sambil berkata setelah itu; never. Gila apa..

Namun di pagi yang cerah sentosa ini, saya melihat bayangan diri saya yang mulai meniti tangga satu persatu, wow saya bisa merasakan detak jantung yang mulai tak karuan, dan mungkin saja mungkin, saya bisa kena serangan jatung ketika sampai di puncak sana. Angin mengejek saya. Membuat rambut saya pun awut-awutan. Kaki saya menjadi kaku. Saya sudah sampai di puncak, apa ini Tuhan..maksud saya, apa yang saya pikirkan sebelum sampai disini? Bunuh diri kah? Konon, itu lebih bermartabat di india sana daripada harus menjanda karena ditinggalkan pergi (dan saya tau apalagi kamu yang baru beberapa detik tadi menggoblog-goblog kan saya karena kalimat terakhir tadi, ini tidak ada hubungannya dengan janda sama sekali..err..). lebih pantas ini disebut pasrah ketika petugas mulai dengan cekatan memasang tali....

dan yap! Waktunya mati.

Silakan.. serahkan dirimu pada alam. Biar mereka yang mengatur cepat atau lambatnya. Hiburan sedikit, bahwa saya akan sempat merasakan air membasuh wajah saya, ah tidak..kata membasuh rasanya terlalu sopan dan tidak tepat. Paling tidak, saya sempat merasakan kepala yang menjadi dingin...lumer bersama hentakan air. Dan ini memudahkan saya terbang menuju langit kan?

Aarrgghhhhh......

Itu hanya khayalan saya. Namun bisa dipastikan saat saya menyerahkan diri saya pada apapun yang siap merenggut nafas saya, saya pastikan saya bahkan tidak mampu bersuara..apalagi teriak. Karena semuanya pasti tercekat ditenggorokan, tidak kemana-mana. Lalu air yang menghantam masuk lewat hidung dan mulut, menambah kacau segalanya.

Namun, suatu saat nanti, itu patut dicoba. Menghempaskan diri, melepaskan semua yang hinggap dipikiran yang mulai kepenuhan.

sedikit doa pada pagi yang kering

Yang membuat saya terkejut adalah, saya tidak pernah menyesali ini. Apalagi berandai-andai, jika waktu bisa kembali, saya tidak akan menghapus kisah ini. Dan yang membuat saya lebih terkejut lagi adalah, mengapa luka ini terus saja menggerogoti sel-sel tubuh saya. Padahal mata saya sudah saya buka lebar-lebar..meskipun saya masih saja menutup rapat telinga saya.

Tentu saja saya tidak terkejut apabila saya membayangkan kondisinya bukan seperti ini. Karena saya hanya mencari sudut ruangan, memandang jauh di jendela sebelah, sambil mengagumi sore. Dan saat itu, saya menyiapkan diri berimajinasi. Lalu senja yang terkesan lembut, tiba-tiba seperti menghantam kepala saya, “dasar anak bodoh, masih saja kau larut pada warna ku yang semu ini, kau harus pulang ke dunia mu, sebelum gelap menenggelamkan mu lebih dalam, nak”. Terimakasih hantamannya senja, barusan itu sakit sekali.

Oke, saya kembali terkejut, ketika saya berhasil menyeret-nyeret tubuh saya, pada sebuah pagi yang kering sekali. Ada banyak kejadian disini. Saya tidak mempunyai kuasa apa-apa karena saya telat datang, hanya memandangi dan terus saja berjalan. Apakah saya sudah membuat keputusan yang salah? Haruskah saya biarkan mata terpejam sepanjang hari bukan bangun pada pagi yang seperti ini? Tetapi saya terus saja berdoa: “angin bisa kah kau merasakan bisikan-ku? hembuskan kebahagiaanmu... iringi tubuh ku yang masih rapuh, mungkin pelangi terhalang mendung di ujung barat sana..”

dasar perasaan!

jika bicara soal perasaan,
seolah-olah selalu ada pembenaran.
kemana perginya aturan?

12.3.10

tingkah masa lalu dan kenangan

kadang, saya ingin berteriak pada masa lalu dan kenangan..
"bisa kah kalian berhenti mengikuti kami???!!"

11.3.10

sejak aku....

sejak kapan jawaban tidak lagi mempunyai makna besar?

sejak aku tidak perlu bertanya lagi.

2.3.10

Hatiku Selembar Daun

hatiku selembar daun melayang jatuh di rumput
nanti dulu, biarkan aku sejenak terbaring disini
ada yang masih ingin kupandang, yang selama ini senantiasa luput
sesaat adalah abadi sebelum kau sapu tamanmu setiap pagi
-sapardi djoko damono



biarkan aku dalam hening, tanpa kalian tau dimana.
sendiri.. memandangi cahaya sore yang terselip dicelah jendela
biarkan pikiranku berlari-lari bersama imajinasi
lalu aku bebas tanpa mereka..
biarkan 'aku' menjadi pemenang sebelum tiba di dunia lagi
biarkan aku di negri ku sendiri. tanpa terpaan.
hatiku selembar daun..
terkadang aku ingin terbawa angin..
dan melayang ditempat yg kalian tidak tau.
-lamonna

1.3.10

pagi..dunia!

ternyata ini sudah pagi
aku rasa aku harus bangun
melupakan mimpi semalam
melupakan purnama yang semalam lupa datang

ternyata matahari tidak pernah lelah menyapaku
aku ingin mengumpulkan ilalang
sambil menyusuri jalan
meskipun belum tau pasti kemana...

25.2.10

kembali.

Ya Tuhan, saya hanya umat yang terkadang pergi
Entah mencari peraduan kemana.
Saya hanya umat yang selalu bertanya
Namun tidak berusaha menemukan jawabMu,
Yang mungkin Engkau selipkan didekatku.
Hampa ini rasanya kosong sekali..
Saya ingin kembali pada sujud dengan beribu-ribu keyakinan
Dan Engkau masih selalu menunggu, kan?

seperti ketika menunggu kapan hujan akan berhenti

Seperti ketika menunggu kapan hujan berhenti,
kita menunggu ketidakpastian.
Kapan hujan itu berhenti?
Apakah ketika langit sudah tidak mendung lagi?
Lalu membuat langkah meragu untuk menghalaunya.

Saya merasa......seperti sedang menunggu hujan berhenti.
Saya hanya bisa menerka. Berusaha meyakinkan diri.
Saya hanya bisa melihat sesekali ke jendela.
Saya gelisah. Mondar-mandir jalan lalu duduk lagi.

Mungkin kita akan sedikit kehujanan, tapi mungkin saja itu keputusan yang tepat karena kita menjadi datang disaat yang tepat
Atau mungkin saja kita malah akan basah kuyup dan terjebak karena hujan semakin besar bagai badai. Akhirnya sedikit menyesal.
Dan bisa saja..ditengah jalan, hujan berhenti. hingga kita bisa merasakan kesejukan dan bau tanah yang menyenangkan.

Namun, saya masih saja seperti menunggu kapan hujan akan berhenti.
Saya gelisah. Namun saya tidak punya kuasa.

kumpulan fase yang acak

Apakah saya pernah memberikan harapan semu? Jika iya, saya pasti berdosa.
Karena harapan yang kelewat banyak, bisa membunuh pelan-pelan.
Saya pernah mati karena harapan. Lalu mulai bangkit lagi dengan harapan yang baru. Lalu mati lagi. Lalu, menolak harapan lain namun tak kuasa melawannya. Lalu kembali hidup.

Akhirnya saya mulai menyimpulkan, bahwa hidup seperti kumpulan fase yang acak.
Semua akan tiba pada waktunya masing-masing. Tunggu saja... dan mainkan peranmu.
Jika kita peka, kita pasti akan lebih berpengalaman dari sebelumnya.
Artinya, bukan kita tidak mungkin akan jatuh lagi, namun ada kekuatan yang lebih utuh.
Ya, seharusnya memang begitu. Bagaimana mungkin kita tidak kuat menanjak padahal sebelumnya sudah jatuh bangun untuk sampai di bukit?

Kita akan terus mencari jati diri. Karena kita selalu merasa belum juga menemukannya.
Tetapi jika kita bersyukur, kita akan menjadikan apa yang ada menjadi yang terbaik.
Ingin sekali rasanya membuang sekumpulan masa lalu ke sungai, dan membiarkan arus membawanya ke laut.
Ini hanya masalah waktu kan, Tuhan?

18.2.10

hanya untuk malam ini

Saya akan jatuh hanya untuk malam ini.
Besok, saya akan berlari secepat2nya tanpa kamu tau akan kemana
Dan kamu tidak akan pernah tau..

hanya sekedar membayangkan. semoga membantu pembaca :)

Tidak ada yang lebih menyakitkan, dari ditinggalkan. Bahkan, ketika kita hanya melepas kepergian seseorang di stasiun, bunyi kereta api yang menderu-deru, mencabik-cabik pagar pertahanan hati yang sudah tinggi menjulang. Airmata mendesak-desak ingin keluar. Padahal mungkin, keduanya akan bertemu tidak lama lagi.
Namun, ditinggalkan tetap saja ditinggalkan.

Lalu bagaimana dengan ditinggalkan untuk selama-lamanya?

Jika membunuh itu tidak dosa, mungkin lebih baik membunuh orang yang hendak meninggalkan-tanpa-rasa-menyesal itu. Haha..kata-kata ini terlalu ekstrim ya. Intinya, terlalu menyakitkan rasanya. Meskipun sudah menghibur diri bahwa pasti akan bisa melewati hari-hari mendung kedepan, namun.. tetap saja namun. Matahari saja tidak mampu menyinari gelapnya relung hati.. dan wejangan-wejangan dari beribu kata bijak tidak mampu menambal lubang hati yang kelewat dalam.

Sumpah serapah mengiringi kepergian si-manusia-yang-meninggalkan. Dia tidak sadar atau mungkin pura-pura tidak sadar, karma sedang mengikutinya perlahan. Sedangkan yang ditinggalkan menutup semua pintu, jendela, hingga celah-celah angin. Dia sendirian kesulitan bernafas. Padahal diluar sana, bunga-bunga sedang bermekaran. Awan-awan indah bergelombang. Lalu dia mulai mengintip dari dalam. Sayang, ini sudah malam, dia hanya melihat kegelapan, sesekali lampu jalan yang mulai redup. Dia semakin merasa nestapa.

Percayalah. Waktu akan menjawab semuanya.

dinamika

Buka hati seluas-luasnya....dengarkan baik-baik pertanda alam.. lihat dengan seksama perubahan yang bergerak perlahan. Ikuti petunjuk jalan. Dan jangan pernah takut tersesat. Karena setiap jalan memberikan arti yang teramat dalam. Dan modal untuk jalan berikutnya didepan.

bagaimana mungkin kamu masih saja tersungkur di sudut kamar?
bergerak!

8.2.10

hujan bulan juni

oleh: Sapardi Djoko Damono



tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu

tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu

tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu

rintihan biola itu




Tempat nasi goreng itu selalu ramai. Letaknya persis dipinggir jalan, sebuah perempatan. Sederhana saja, hanya di atas trotoar.

Yang khas dari tempat itu, pertama adalah, anda harus punya kesabaran ekstra, saking ramainya tempat itu. Bahkan ada pelanggan yang pesan lewat sms dulu sebelum sampai ke sana.

Kedua, tempat yang sederhana itu, begitu khas, karena saat anda makan disana, bisa memandang luas pada lalu lalang jalan, pada kesibukan malam, pada lampu-lampu yang tak letih hilir mudik dihadapan anda

Dan ini dia, yang ketiga!

Ada seorang pengamen, yang setia dengan tempat itu, seperti dia yang setia pada biolanya. Ya, dia hanya memainkan biola. Bisu, tanpa mengeluarkan kata. Namun, nada-nada yang dimainkannya, berbicara banyak pada setiap pengunjung yang mendengarkan. Ini-tak-dapat-dipungkiri. Tak peduli, bagaimana berisiknya anda bergurau dengan teman-teman anda, jika dia sedang memainkan biolanya, anda akan menyisakan sedikit ruang pendengaran, dan ruang imajinasi anda.

Perih sekali.. entah apa yang telah terjadi pada pengamen biola itu, nada-nadanya selalu pilu. Seolah-olah, dalam diamnya, dia teriak merintih... dia mengadu pada kita. Dia mengajak kita ikut merasakan kepedihan lewat tarikan senar-senar tersebut. Dia membawa kita pada lingkaran kelam, tempat kisah-kisah sedih kita bersemayam. Nada-nada itu, mengantarkan kita pada malam yang di hiasi lampu-lampu dan bisingnya kendaraan, menjadi terhenti sesaat, dalam rintihan nada-nada biola.


Nasi goreng tombo kangen, sebrang RRI semarang

6.2.10

apa jadinya jika aku terlambat 10 menit

Apa jadinya jika aku terlambat 10 menit
Apa jadinya jika aku memutuskan untuk tidak datang ke pesta itu
Mungkin aku tidak akan pernah melihat-mu
Mungkin aku tidak pernah menyadari keberadaan-mu
Yang ternyata begitu dekat
Yang ternyata selama itu mengagumi ku
Kamu. Membuatku tersenyum sendirian sekarang
Kamu. Membuatku semakin yakin akan takdir yang senang memberi, sebut saja kejutan
Kesan pertama itu, aku tau kita akan bertemu lagi
Kesan pertama itu, aku menunggu sebuah kebetulan
Apakah ini akibat sugesti?
Apakah ini akibat chemistry?

Namun sekiranya aku menjadi tidak terkejut sekarang
Aku pun tau, ini akan menjadi terjadi. Kita yang membuatnya terjadi.
Kamu menunggu. Aku menunggu. Lalu kita mengambil kesempatan, dengan isyarat mata, lalu kata-kata.. lalu kita, bagaikan kenalan lama.
Aku tau, dan kamu pun tau, kita, tidak terkejut karena ‘bertemu’. Kita membuat ini terjadi, aku.. dan kamu.

Keesokan harinya, aku lupa padamu. Kamu pun sibuk dengan dirimu.
Lalu apa namanya ini?
Bahkan aku tidak pernah memikirkan soal kita.
Kita tidak pernah membiarkan kesempatan bergerak lebih luas

Tidak ada yang perlu diungkapkan, apalagi disampaikan
Biarkan ini menjadi misteri
Biarkan kita menduga-duga
Apa yang nanti akan terjadi
Angin akan menyampaikan salam mu, aku pasti merasakannya
Awan akan membentuk jawabku, kamu bisa jelas melihatnya

Mungkin..
Mungkin nanti, kita akan bertemu lagi...



hari ini Jogjakarta, sore yang indah 2010

27.1.10

GraduaSONG




diam..dalam gerak

karena waktu terus berlari..
karena bumi terus berputar..
karena malam lekas pergi..
karena pagi terdesak matahari..
karena daun perlahan berguguran..
karena hujan sudah waktunya datang..
karena musim berebutan datang..
alam dan kehidupam, terus bergerak.

namun.. di sudut kamar sana,
ada manusia yang hanya diam.
mengintip matahari dari ujung jendelanya..
menyapa bisu senja yang tak kuasa merengkuhnya..
meratapi lara dalam kegelapan malam.
dia ter-diam. tertinggal sederetan kejadian.
waktu berkali-kali menyapa, Tuhan menunggunya
dia, dia..hanya bergerak di tempat.

21.1.10

refleksi

Aku tenggelam dalam sebuah samudera..yang luas dan dalam
Hanya ada suara-suara berbisik dan pelan-pelan menghilang
Disana begitu sunyi namun menenangkan
Aku suka begini; sendirian.

Mencoba menerobos masuk ke dalam diri sendiri,
dan aku melihat aku di sana
Refleksi ini menjelma bagai arus, yang berputar mengelilingi aku dan aku.
Ada masa lalu yang menampakkan diri, ada penyesalan-penyesalan yang datang menyusul, Ada ketidakadilan yang muncul sambil menahan amarah, ada keikhlasan yang masih berusaha menggapai, ada kebenaran, ada kekecewaan, ada luka, ada tawa, ada kebimbangan yang masih saja bingung, ada ketakutan.. semuanya.. semuanya berputar dengan cepat sekali.

Lalu tiba-tiba arus menjadi tenang.
Pelan-pelan menjelma menjadi gelembung-gelembung udara
yang terus naik berharap mencapai daratan.
Berharap bertemu dengan sang angin
yang akan dengan senang hati membawanya ke langit
tempat awan-awan yang merindukannya

Namun aku begitu kelelahan.Tiada daya.
Terkadang aku ingin disini saja. Jauh di dalam samudera.
Tetapi takdir menyeretku tanpa peduli.
Menghempaskan aku pada apa pun.
Membawa ku berpindah-pindah tempat.
Memaksa ku bertemu pada orang-orang asing.
Menarik ku meninggalkan orang-orang tersayang.
Melarang ku mengejar mereka yang pergi.
Atau memberikan ku banyak pilihan hingga kebingungan.

Aku tau takdir ingin berkata:
buang jauh benang-benang kusut itu.
Karena hidup ini begitu sederhana.
Datang, bersemayam, pergi.

Semua bagai roda yang terus berputar. Kalaupun harus melewati jalan berduri, tidak masalah. Karena nanti pasti akan bertemu pada jalan penuh rumput yang sangat ramah. Atau harus bersabar melewati jalan berbatuan. Tidak akan pernah berhenti bergerak... tetaplah berusaha.

Aku rasa, takdir dan waktu mempunyai ikatan. Dan itu bukan hal yang perlu diresahkan. Hanya saja, bagaimana aku bisa terus melibatkan pemahaman. Menjadikan rangkaian yang indah, antara takdir, waktu, dan pemahaman.

samar

“Aku sedang di bukit. Langitnya indah. Aku melihat serbuk-serbuk dari pipimu di langit menjelma bintang”

“Teruslah hadir dalam mimpiku malam ini, putri. Oh.. engkau membuat ku tersenyum sendirian di galeri ini bagai orang tidak waras, putri

“Aku melihatmu dari kejauhan dengan sendal tali-mu”

“kamu membuat-ku salah tingkah. Aku kehilangan kata-kata. Kamu membuatku seperti orang bodoh”

Suara-suara itu semakin samar.
Mereka pergi meninggalkan ku,
jauh...

20.1.10

koma

pagi sudah menjemput
kenapa saya harus menunggu siang untuk sampai ke sana?
jika saya memang terlambat
saya akan mengejarmu

7.1.10

dibawah payung ini, aku merasa asing

aku berjalan di bawah payung ditemani gerimis dan roti kering.
sedikit-sedikit, aku merasakan rintik-rintik yang keras kepala terus menghujaniku, yang perlahan membuatku kebasahan.
hembusan angin yang enggan menyapaku dengan hangat.
awan-awan yang begitu dingin menyambutku, dalam suram.

aku terus melewati jalanan basah.
menyusuri bau-bau tanah.
ada yang aneh,
karena aku bukan orang yang nyaman menggunakan sebuah payung.
apakah ini, aku- yang sudah lelah pada keangkuhan?

dan roti kering itu belum aku makan.
karena hanya itu satu-satunya milikku, dalam genggaman.
semakin gelap dan semakin jauh,
aku semakin asing pada kesunyian ini.
semakin tidak mengerti kemana pikiran ini membawa langkahku.
meskipun aku selalu bertekad, tidak akan pernah ada sebuah penyesalan.

dan aku masih saja menggenggam erat roti kering-ku
dan payung-ku, dengan enggan.

Why should i cry for you??



Why??