Pages

If there's no orange in the sky, i do try enjoying grey: I am a delusion angel.

18.1.11

Potongan Cerita yang Lenyap

Aku kumpulkan sepotong demi sepotong cerita setiap malam
Namun aku lihat mereka masih tergeletak tidak tersentuh

Suatu hari, kamu bertanya, "Mana potongan-potongan yang kamu bilang itu?"
Saat itu aku hanya mendengar kata "Sudah hilang" dari bibir ku yang gemetar.

Mungkin mereka sudah terbuang sia-sia dimakan penantian, kelelahan, kebosanan, kesakitan dan akhirnya hilang. Lenyap dengan kecewa.

Maka jangan kamu tanya "kenapa"
Namun, apakah kamu sadar?

Mary Jane, Penunggu Senja

Hai, perkenalkan..nama saya Mary Jane. Panggil saya MJ.

Pekerjaan saya akan membuat kalian semua iri. Saya adalah penunggu senja.
Ya, saya menunggu kehadiran senja setiap sore, berbincang dengannya.
Kamu pasti heran kenapa saya tidak bosan.

Sebenarnya, ada peri-peri cantik yang tidak pernah bosan menaburkan serbuk-serbuknya (oh ini lah serbuk kebahagiaan), namun.. saya terlalu sayang pada mereka, maka kalian tidak dapat melihatnya. Terlebih lagi pada Peter Pan. Dia lah segala-galanya...Kita bahas dia nanti.

Baiklah, sebelum saya pindah ke kota yang bising ini, saya selalu menunggu senja di tepi laut. Ada debur ombak yang membuat jantung saya tak henti berdegup kencang saking gembiranya.
Atau, saya menuju bukit di pinggir kota. Ditemani semilir angin yang membelai saya dengan hati-hati. Dan saya pun selalu merentangkan tangan dengan hati-hati pula.

Dan di sini, saya selalu siap di sudut kedai kopi. Saya pastikan selalu ada jejak-jejak hujan yang menempel di jendela setelah hujan yang panas di tengah hari bolong. Dan disitulah saya duduk.. disitulah saya menunggu senja. Saya selalu gelisah menunggunya. Karena dia sepertinya tidak ingin saya terlalu jatuh cinta dengannya, dengan senja. Takdir senja adalah memberi harapan pada mereka yang menunggunya, setelah dia datang dia hilang dengan sekejap..bahkan tanpa sepatah kata-kata. Namun saya selalu sangat jatuh cinta padanya dan sekaligus selalu kehilangan dirinya.

Tepat sore ini, setelah kentang terakhir saya lahap dengan enggan, firasat saya mengatakan, sekarang waktunya dia datang seiring dengan habisnya kopi hitam yang sudah kedua kalinya saya pesan. Namun, hanya sedikit semburat jingga yang muncul. Mendung tidak kunjung pergi sejak hujan tadi siang.

Dan untuk kesekian kalinya... Saya kecewa. Saya pulang dengan hampa dan sepi.




*bersambung