Jika membayangkan bungee jumping, segala sesuatu dalam perut saya seperti lompat tiba-tiba, acak, dan saling melawan. Lalu saya sempat berhenti nafas sambil berkata setelah itu; never. Gila apa..
Namun di pagi yang cerah sentosa ini, saya melihat bayangan diri saya yang mulai meniti tangga satu persatu, wow saya bisa merasakan detak jantung yang mulai tak karuan, dan mungkin saja mungkin, saya bisa kena serangan jatung ketika sampai di puncak sana. Angin mengejek saya. Membuat rambut saya pun awut-awutan. Kaki saya menjadi kaku. Saya sudah sampai di puncak, apa ini Tuhan..maksud saya, apa yang saya pikirkan sebelum sampai disini? Bunuh diri kah? Konon, itu lebih bermartabat di india sana daripada harus menjanda karena ditinggalkan pergi (dan saya tau apalagi kamu yang baru beberapa detik tadi menggoblog-goblog kan saya karena kalimat terakhir tadi, ini tidak ada hubungannya dengan janda sama sekali..err..). lebih pantas ini disebut pasrah ketika petugas mulai dengan cekatan memasang tali....
dan yap! Waktunya mati.
Silakan.. serahkan dirimu pada alam. Biar mereka yang mengatur cepat atau lambatnya. Hiburan sedikit, bahwa saya akan sempat merasakan air membasuh wajah saya, ah tidak..kata membasuh rasanya terlalu sopan dan tidak tepat. Paling tidak, saya sempat merasakan kepala yang menjadi dingin...lumer bersama hentakan air. Dan ini memudahkan saya terbang menuju langit kan?
Aarrgghhhhh......
Itu hanya khayalan saya. Namun bisa dipastikan saat saya menyerahkan diri saya pada apapun yang siap merenggut nafas saya, saya pastikan saya bahkan tidak mampu bersuara..apalagi teriak. Karena semuanya pasti tercekat ditenggorokan, tidak kemana-mana. Lalu air yang menghantam masuk lewat hidung dan mulut, menambah kacau segalanya.
Namun, suatu saat nanti, itu patut dicoba. Menghempaskan diri, melepaskan semua yang hinggap dipikiran yang mulai kepenuhan.
No comments:
Post a Comment