Apakah saya pernah memberikan harapan semu? Jika iya, saya pasti berdosa.
Karena harapan yang kelewat banyak, bisa membunuh pelan-pelan.
Saya pernah mati karena harapan. Lalu mulai bangkit lagi dengan harapan yang baru. Lalu mati lagi. Lalu, menolak harapan lain namun tak kuasa melawannya. Lalu kembali hidup.
Akhirnya saya mulai menyimpulkan, bahwa hidup seperti kumpulan fase yang acak.
Semua akan tiba pada waktunya masing-masing. Tunggu saja... dan mainkan peranmu.
Jika kita peka, kita pasti akan lebih berpengalaman dari sebelumnya.
Artinya, bukan kita tidak mungkin akan jatuh lagi, namun ada kekuatan yang lebih utuh.
Ya, seharusnya memang begitu. Bagaimana mungkin kita tidak kuat menanjak padahal sebelumnya sudah jatuh bangun untuk sampai di bukit?
Kita akan terus mencari jati diri. Karena kita selalu merasa belum juga menemukannya.
Tetapi jika kita bersyukur, kita akan menjadikan apa yang ada menjadi yang terbaik.
Ingin sekali rasanya membuang sekumpulan masa lalu ke sungai, dan membiarkan arus membawanya ke laut.
Ini hanya masalah waktu kan, Tuhan?
No comments:
Post a Comment