saya memutuskan untuk duduk sebentar dibawah pohon yang rindang. langit sedikit mendung. dan angin mendramatisir dengan berlari kesana kemari, membuat daun berjatuhan satu persatu dihadapan saya. namun, tidak apa. saya sedang tidak ingin peduli pada sekitar. pada pertanda alam. meskipun sekarang langit menyuguhkan pelangi yang melengkung sempurna, saya akan berhenti mengaguminya sementara ini. jika senja menawarkan warna yang nyaris sempurna, saya akan beranjak sebelum kedatangannya. saya pikir, saya akan menutup pintu kamar.
saya mencoba memahami ini semua. saya melihat bayangan diri saya dan mendapati diri saya tersenyum. suatu pagi, saya seperti bangun dari tidur yang panjang. dalam tidur itu, saya merasa mimpi yang seolah2 nyata. hingga rambut saya basah berkeringat, lelah. semua pikiran-pikiran itu, tertuang pada mimpi malam itu. saya tidak sebut itu mimpi buruk. dan saat saya membuka mata, saya tau saya menemukan sesuatu yang berharga. ini adalah jawaban dari sebagian pertanyaan saya selama ini. Tuhan mengamati saya dari jauh, sambil berkata "bagaimana, mona? kamu masih marah pada saya? kamu masih tidak terima keadaan? kamu masih saja berteriak 'mengapa dan kenapa'??"
tidak Tuhan. Engkau baru saja menyakinkan saya satu hal, engkau memberikan apa yang terbaik untuk saya meskipun itu bukan yang saya harapkan.
satu hal lagi yang saya coba pahami, yaitu kesabaran. waktu tidak mungkin berlari mengejar kita untuk menunjukkan jawaban, namun dia akan tiba pada saatnya, apakah kita siap menghampirinya? ya, sudah seharusnya saya bergerak, mengejarnya..
No comments:
Post a Comment