"Penyesalan adalah bunyi tanpa makna"
Sepotong bait "Jurnal Mimpi" Divakaruni yang saya baca dalam kereta menuju Kutoarjo yang melaju bosan di atas rel tua, terngiang-ngiang, dan terus saya baca ulang. Dia benar.
Kepingan-kepingan memori hadir bagai sekelebat sawah yang terlintas cepat di balik jendela kereta. Rangkaian cerita impulsif yang hanya-meninggalkan-ruang-kosong-berisi penyesalan-disusul-umpatan-pembodohan-diri, terkumpul dalam kantong yang usang. Mengingat itu semua, perut rasanya bergejolak, saya ingin hilang ke dalam perut bumi, lalu bangkit lagi dalam sosok yang asing.
Namun, diri saya yang lain mencoba membela diri. Semua orang pernah tampak bodoh dalam pikiran dan tindakannya yang impulsif. Dan itu fase. Namun, sebagian diri saya yang lain masih bersikeras ingin ditelan alam semesta, digodok menjadi jelmaan baru. Irasionalitas, menelusuk dalam setiap relung. Kita pernah salah, pernah memilih yang salah. Kamu pernah begini? Dan kamu belajar kan?
bagai dua sisi mata uang.. kita punya 2 sisi yg bertolak belakang.. sisi hitam dan sisi putih.. dan aku yakin kamu punya sisi putih yang lebih banyak.. keep movin, we never know what will we find in front of us.. keep movin.. keep progresing =P
ReplyDelete