Di perbatasan antara timur dan selatan, saya menemukan "rumah" kesekian.
Rumah utamanya adalah, sahabat lama saya.
Dan yang tidak saya duga, tokonya, melarutkan rindu, cerita, obrolan, kisah, bahkan diam dalam racikan yang begitu....sedap rasanya.
Disaksikan berderet-deret alat peracik kopi yang berjejer rapi, lalu lalang orang berfilosofi soal kopi, baik itu dengan menterjemahkannya dalam kata-kata atau seruputan di sore yang baru disiram hujan.
Kurang nikmat apa, saat mereka membicarakan kopi, mereka disuguhkan segelas cairan hitam yang membuat mereka datang ke situ, ke Philo Coffee. Mereka, termasuk saya, bisa menyaksikan sendiri sejak biji-biji kopi itu dihancurkan, diracik, dan siap diseruput......dan tanpa gula!
please enjoy coffe'ing but do not forget to drink enough water for your own good =p
ReplyDeleteYou, again.
ReplyDeleteyou're welcome =p
ReplyDelete