Sore itu busway penuh sesak. Mereka yg pulang dari aktifitas kesibukan berwajah enggan, letih berpeluh. Dari passer baroe, saya mendapat sedikit ruang di tengah. Dan ada dia. Berseragam sekolah pilot, rapi, bersahaja. Tersenyum pada saya. Pulang dari hunting, wajah saya cukup pantas disebut "kucel". Menyadari itu saya membalasnya dengan senyuman getir sambil berpikir: "putri buruk rupa bertemu pangeran berkuda". Lalu ada seorang wartawan menyapa. Kami berempat-ditambah 1 teman saya, berbincang diantara kesesakan busway. Kami membicarakan jakarta dan kepenatannya, saling bercerita tentang diri. Dan sekarang gilirannya. Anak seorang pilot yg sedang bersekolah pilot, sepantaran dgn saya. Kesan pertama, sangat "lucu" kata teman saya. Sopan dan ramah menurut saya. Seperti gambaran pilot yg ada dalam bayangan saya selama ini: tampan,gagah,bersahaja. Lantas kami terus berbincang. Melewati beberapa shelter, dia pamit Lalu turun. Meninggalkan- arti.
Waktu yg tak henti berlari, membawa saya pada dè javu. Sepulang dari 'antara' saya menunggu busway dan teringat dia. Mungkin sekarang dia sudah bukan calon pilot lagi. Karena dia tidak ada di busway yg sesak ini, di sore saya yg dè javu ini.
No comments:
Post a Comment