Kehangatan terasa saat dua orang itu saling berhadapan. Kehangatan yang
abadi. Tawa sumringah berderai-derai, kemudian menusuk setelahnya.
Nostalgia itu tak bisa lama-lama, mereka diburu waktu. Ah, waktu memang
selalu memburu mereka, seakan-akan bisa membunuh kalau saja mereka
ingkar. Ya, sebegitu kejamnya waktu pada mereka.
Di tempat yang sama, mesin waktu kadang timbul membawa pusaran masa
silam. Saat itu, mereka harus mengucapkan pisah. Tak ada pilihan. Air
mata bukan lagi pertanda, karena sudah habis sebelum-sebelumnya. Pelukan
hangat sebelum mereka harus ke ruang masing-masing lah yang terbawa
lagi saat itu. Manis sekali.
...
Ini hanya memori, yang kadang-kadang aku buka. Tetapi kamu tenang saja,
ia tak pernah usang. Tak akan aku biarkan. Namun, tidak juga akan
aku hadirkan. Biarkan itu menjadi ilusi kita saat ingin merayakannya.
Yang merampas malam-malam kita sesekali saja.
Bandara Ahmad Yani, sehabis senja, 2012.
waktu tak pernah bersampul biru, tak pernah bersampul hitam .
ReplyDeletewaktu itu tidak akan memburu jika kita tidak berburu .
waktu itu tidak pernah cepat tidak pernah melambat.
waktu itu jantungmu dan jantungku.
tidak ada waktu tanpa cerita, tidak ada cerita tanpa cinta .