27.1.10
diam..dalam gerak
karena waktu terus berlari..
karena bumi terus berputar..
karena malam lekas pergi..
karena pagi terdesak matahari..
karena daun perlahan berguguran..
karena hujan sudah waktunya datang..
karena musim berebutan datang..
alam dan kehidupam, terus bergerak.
namun.. di sudut kamar sana,
ada manusia yang hanya diam.
mengintip matahari dari ujung jendelanya..
menyapa bisu senja yang tak kuasa merengkuhnya..
meratapi lara dalam kegelapan malam.
dia ter-diam. tertinggal sederetan kejadian.
waktu berkali-kali menyapa, Tuhan menunggunya
dia, dia..hanya bergerak di tempat.
karena bumi terus berputar..
karena malam lekas pergi..
karena pagi terdesak matahari..
karena daun perlahan berguguran..
karena hujan sudah waktunya datang..
karena musim berebutan datang..
alam dan kehidupam, terus bergerak.
namun.. di sudut kamar sana,
ada manusia yang hanya diam.
mengintip matahari dari ujung jendelanya..
menyapa bisu senja yang tak kuasa merengkuhnya..
meratapi lara dalam kegelapan malam.
dia ter-diam. tertinggal sederetan kejadian.
waktu berkali-kali menyapa, Tuhan menunggunya
dia, dia..hanya bergerak di tempat.
21.1.10
refleksi
Aku tenggelam dalam sebuah samudera..yang luas dan dalam
Hanya ada suara-suara berbisik dan pelan-pelan menghilang
Disana begitu sunyi namun menenangkan
Aku suka begini; sendirian.
Mencoba menerobos masuk ke dalam diri sendiri,
dan aku melihat aku di sana
Refleksi ini menjelma bagai arus, yang berputar mengelilingi aku dan aku.
Ada masa lalu yang menampakkan diri, ada penyesalan-penyesalan yang datang menyusul, Ada ketidakadilan yang muncul sambil menahan amarah, ada keikhlasan yang masih berusaha menggapai, ada kebenaran, ada kekecewaan, ada luka, ada tawa, ada kebimbangan yang masih saja bingung, ada ketakutan.. semuanya.. semuanya berputar dengan cepat sekali.
Lalu tiba-tiba arus menjadi tenang.
Pelan-pelan menjelma menjadi gelembung-gelembung udara
yang terus naik berharap mencapai daratan.
Berharap bertemu dengan sang angin
yang akan dengan senang hati membawanya ke langit
tempat awan-awan yang merindukannya
Namun aku begitu kelelahan.Tiada daya.
Terkadang aku ingin disini saja. Jauh di dalam samudera.
Tetapi takdir menyeretku tanpa peduli.
Menghempaskan aku pada apa pun.
Membawa ku berpindah-pindah tempat.
Memaksa ku bertemu pada orang-orang asing.
Menarik ku meninggalkan orang-orang tersayang.
Melarang ku mengejar mereka yang pergi.
Atau memberikan ku banyak pilihan hingga kebingungan.
Aku tau takdir ingin berkata:
buang jauh benang-benang kusut itu.
Karena hidup ini begitu sederhana.
Datang, bersemayam, pergi.
Semua bagai roda yang terus berputar. Kalaupun harus melewati jalan berduri, tidak masalah. Karena nanti pasti akan bertemu pada jalan penuh rumput yang sangat ramah. Atau harus bersabar melewati jalan berbatuan. Tidak akan pernah berhenti bergerak... tetaplah berusaha.
Aku rasa, takdir dan waktu mempunyai ikatan. Dan itu bukan hal yang perlu diresahkan. Hanya saja, bagaimana aku bisa terus melibatkan pemahaman. Menjadikan rangkaian yang indah, antara takdir, waktu, dan pemahaman.
Hanya ada suara-suara berbisik dan pelan-pelan menghilang
Disana begitu sunyi namun menenangkan
Aku suka begini; sendirian.
Mencoba menerobos masuk ke dalam diri sendiri,
dan aku melihat aku di sana
Refleksi ini menjelma bagai arus, yang berputar mengelilingi aku dan aku.
Ada masa lalu yang menampakkan diri, ada penyesalan-penyesalan yang datang menyusul, Ada ketidakadilan yang muncul sambil menahan amarah, ada keikhlasan yang masih berusaha menggapai, ada kebenaran, ada kekecewaan, ada luka, ada tawa, ada kebimbangan yang masih saja bingung, ada ketakutan.. semuanya.. semuanya berputar dengan cepat sekali.
Lalu tiba-tiba arus menjadi tenang.
Pelan-pelan menjelma menjadi gelembung-gelembung udara
yang terus naik berharap mencapai daratan.
Berharap bertemu dengan sang angin
yang akan dengan senang hati membawanya ke langit
tempat awan-awan yang merindukannya
Namun aku begitu kelelahan.Tiada daya.
Terkadang aku ingin disini saja. Jauh di dalam samudera.
Tetapi takdir menyeretku tanpa peduli.
Menghempaskan aku pada apa pun.
Membawa ku berpindah-pindah tempat.
Memaksa ku bertemu pada orang-orang asing.
Menarik ku meninggalkan orang-orang tersayang.
Melarang ku mengejar mereka yang pergi.
Atau memberikan ku banyak pilihan hingga kebingungan.
Aku tau takdir ingin berkata:
buang jauh benang-benang kusut itu.
Karena hidup ini begitu sederhana.
Datang, bersemayam, pergi.
Semua bagai roda yang terus berputar. Kalaupun harus melewati jalan berduri, tidak masalah. Karena nanti pasti akan bertemu pada jalan penuh rumput yang sangat ramah. Atau harus bersabar melewati jalan berbatuan. Tidak akan pernah berhenti bergerak... tetaplah berusaha.
Aku rasa, takdir dan waktu mempunyai ikatan. Dan itu bukan hal yang perlu diresahkan. Hanya saja, bagaimana aku bisa terus melibatkan pemahaman. Menjadikan rangkaian yang indah, antara takdir, waktu, dan pemahaman.
samar
“Aku sedang di bukit. Langitnya indah. Aku melihat serbuk-serbuk dari pipimu di langit menjelma bintang”
“Teruslah hadir dalam mimpiku malam ini, putri. Oh.. engkau membuat ku tersenyum sendirian di galeri ini bagai orang tidak waras, putri
“Aku melihatmu dari kejauhan dengan sendal tali-mu”
“kamu membuat-ku salah tingkah. Aku kehilangan kata-kata. Kamu membuatku seperti orang bodoh”
Suara-suara itu semakin samar.
Mereka pergi meninggalkan ku,
jauh...
“Teruslah hadir dalam mimpiku malam ini, putri. Oh.. engkau membuat ku tersenyum sendirian di galeri ini bagai orang tidak waras, putri
“Aku melihatmu dari kejauhan dengan sendal tali-mu”
“kamu membuat-ku salah tingkah. Aku kehilangan kata-kata. Kamu membuatku seperti orang bodoh”
Suara-suara itu semakin samar.
Mereka pergi meninggalkan ku,
jauh...
20.1.10
koma
pagi sudah menjemput
kenapa saya harus menunggu siang untuk sampai ke sana?
jika saya memang terlambat
saya akan mengejarmu
kenapa saya harus menunggu siang untuk sampai ke sana?
jika saya memang terlambat
saya akan mengejarmu
7.1.10
dibawah payung ini, aku merasa asing
aku berjalan di bawah payung ditemani gerimis dan roti kering.
sedikit-sedikit, aku merasakan rintik-rintik yang keras kepala terus menghujaniku, yang perlahan membuatku kebasahan.
hembusan angin yang enggan menyapaku dengan hangat.
awan-awan yang begitu dingin menyambutku, dalam suram.
aku terus melewati jalanan basah.
menyusuri bau-bau tanah.
ada yang aneh,
karena aku bukan orang yang nyaman menggunakan sebuah payung.
apakah ini, aku- yang sudah lelah pada keangkuhan?
dan roti kering itu belum aku makan.
karena hanya itu satu-satunya milikku, dalam genggaman.
semakin gelap dan semakin jauh,
aku semakin asing pada kesunyian ini.
semakin tidak mengerti kemana pikiran ini membawa langkahku.
meskipun aku selalu bertekad, tidak akan pernah ada sebuah penyesalan.
dan aku masih saja menggenggam erat roti kering-ku
dan payung-ku, dengan enggan.
sedikit-sedikit, aku merasakan rintik-rintik yang keras kepala terus menghujaniku, yang perlahan membuatku kebasahan.
hembusan angin yang enggan menyapaku dengan hangat.
awan-awan yang begitu dingin menyambutku, dalam suram.
aku terus melewati jalanan basah.
menyusuri bau-bau tanah.
ada yang aneh,
karena aku bukan orang yang nyaman menggunakan sebuah payung.
apakah ini, aku- yang sudah lelah pada keangkuhan?
dan roti kering itu belum aku makan.
karena hanya itu satu-satunya milikku, dalam genggaman.
semakin gelap dan semakin jauh,
aku semakin asing pada kesunyian ini.
semakin tidak mengerti kemana pikiran ini membawa langkahku.
meskipun aku selalu bertekad, tidak akan pernah ada sebuah penyesalan.
dan aku masih saja menggenggam erat roti kering-ku
dan payung-ku, dengan enggan.
Subscribe to:
Posts (Atom)