20.10.09
hening sore
matahari menyelipkan gemilang cahayanya di antara jendela-jendela kamar. terlalu silau memang. tapi ia jatuh begitu lembut di lantai. ada tangan-tangan menggapai sinarnya. seorang yang tersungkur rapuh di lantai. ia mencoba menangkap cahaya itu. ia terus berusaha menggenggamnya. tapi hanya ada ruang udara dan kepalan tangan yang menjadi terdiam-kaku, menyerah. ia tau tak akan mampu menggenggam secuil pun cahaya itu. tapi ia menikmati terpaannya yang menembus matanya hingga menjadi coklat keemasan, yang menyentuh hangat tubuhnya yang kedinginan. ada alunan lagu mengiringi sore yang pilu itu. lalu ia menggeser tubuhnya, membalik tubuhnya ke samping, hingga pipi kanannya menyentuh dinginnya lantai dan pipi kirinya berkilauan keemasan kena terpaan cahaya. ia tarik kedua lututnya hingga menyentuh perut. ia peluk, erat. ada air mata jatuh dengan enggan. mengalir ke lantai hingga menjadi basah. tapi ia sadar, rasa ini sangatlah menyenangkan. ada yang meluap dari kepalanya. ia pejamkan mata, merasakan keheningan itu. meskipun ada gesekan pilu yang sudah biasa, ia tidak merintih. ia hembuskan nafasnya.... ia tau, ini menyenangkan untuknya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment