Sekelebat pantulan di jendela melintas cepat, seperti waktu kita.
Sebelum aku mampu memaknainya.
Seperti gerimis yang tidak aku sangka-sangka datang,
kamu menyeruak di beranda ku, tak lama setelah matahari terbenam.
Sore ku tidak pernah lagi sama.
Malam ku menjadi bimbang.
Ini yang aku tunggu sekaligus aku takut mengakuinya.
Lamunan ku buyar.
Di beranda ku, aku masih di sini, menunggunya datang lagi..