Bersembunyi dari yang mencari, mengejar pada yang terus berlari. Begini lah terkadang hidup, menguntai kusut, tak berbentuk.
Lalu kita bertanya, kapan terjadi pertemuan jika kita berada pada arah
yang berbeda. Jika kita terhalang kabut prasangka. Atau jika
berpura-pura bahwa rasa tidak pernah ada.
Angin pun akhirnya menyerah memberikan arah pada dua manusia yang saling berdusta. Tenggelam bersama rasa yang disimpan.
Mendustai intuisi, dan hati, dengan penuh perih dan lirih. Akhirnya pergi.. Melebur pada rasa sendiri.
Menggapai-gapai makna agar terus mampu berdiri. Melupakan luka yang tersakiti, mencari puing-puing untuk bangkit kembali.
Lalu senja memerah, langit muram, pagi terasa kering. Musim telah berganti, namun kasih tak pernah mati.
Angin membisikan kata, semesta mengirimkan tanda. Keduanya kembali bersua, tidak sengaja.
Hati tak mampu lagi menyembunyikan jeritan yang tak pernah berbunyi.
Sunyi, tiba-tiba sunyi. Hanya ada rintihan bahagia dari dua orang yang
saling mencintai.
Tersenyum saling mengerti, pada jarak beberapa senti, mereka berhenti. Melepaskan kabut prasangka pada angin, entah dibawa ke ufuk mana..